Saturday, January 15, 2011

Rengas Dengklok

PERISTIWA RENGAS DENGKLOK

Curug cigentis


Tegalwaru (KarIn) – Curug Cigentis yang berada di Kaki Gunung Sanggabuana adalah wisata alam kebanggaan Karawang. Selain masih alami, curug ini pun sekaligus menjadi simbol dari sisa-sisa hijaunya Karawang ditengah semakin panasnya sebagian besar wilayah Karawang. Curug ini terletak di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru yang berjarak sekitar 44 km dari Pusat Kota Karawang.
Untuk mencapai curug ini Anda bisa mengikuti rute sebagai berikut, seperti yang dipaparkan Iyan Damai yang sudah beberapa kali berkemah (camping) di lokasi curug ini pada KarIn :
Untuk kendaraan roda empat  :
  • Karawang – Jalan tol – Kantor Asper lk 30 km
  • Kantor Asper – Parakan Badak lk 10 km
  • Parakan Badak – Jayanti lk 3,5 km
  • Jayanti – Curug Cigentis lk 1,5 km (jalan setapak)
Untuk kendaraan roda dua  :
  • Jakarta – Cibubur – Cariu – Pasar Loji – Curug Cigentis
Berikut mari kita simak juga keterangan dan penilaian dari Iyan Damai dan juga Maruli Ferdinand, dua kontributor yang bersedia membantu KarIn mengulas objek ini. Dua orang yang memiliki hobi jalan-jalan dan merupakan warga luar Karawang yang tentunya memiliki penilaian dan persfektifnya tersendiri. Keterangan keduanya bisa kita jadikan tolak ukur seperti apa Curug ini dalam pandangan warga luar :
“Visual lansekap menuju lokasi cukup menarik dan menantang berupa pegunungan dan persawahan dan perkampungan penduduk yang masih tradisional. Potensi visual lansekap di dalam kawasan yang mempunyai karakteristik yang khas dengan curug dan lembah pada hutan lindung dengan keanekaragaman jenisnya yang cukup tinggi, diantaranya pohon Rasamala, Puspa, Kibanen dan Pakis, jenis-jenis pisang dan bambu,” terang Iyan Damai.
“Seolah-olah jalan itu tidak berujung kala menyusuri Ujung Selatan Kabupaten Karawang. Ketika beberapa kali bertanya, di mana Loji, semua serentak bagai kur, “Terus aja, mas, masih jauh.” Lalu saya pacu lagi sepeda motor menyusuri jalan aspal yang seolah tak berujung itu, hingga sampai pada gapura gerbang si curug.
Seperti sudah ada di depan mata, tapi jalanan tanah menanjak masih menghadang di depan mata. Kepada para penjual minuman di sepanjangnya kami bertanya dan dijawab serempak pula, “Masih jauh mas, lurus aja terus”. Hingga baju ini sudah tak bisa membendung peluh, dan terlihatlah curug itu, Curug Cigentis,” Papar Maruli Ferdinand yang juga menyumbangkan dua fotonya untuk dimuat di KarIn bersama artikel ini.
Masih banyak lagi tentunya cerita, kisah dan penilaian terhadap curug yang sudah terkenal terutama di kalangan wisatawan dan para petualang ini. Yang pasti, Curug Cigentis bersama curug-curug lainnya seperti Curug Cipanundaan, Curug Bandung Cikarapyak dan Curug Cikoleangkak merupakan objek wisata alam dan sekakigus budaya yang masih memerlukan perhatian lebih dan dimaksimalkan potensinya yang belum sepenuhnya tergali.
Curug karunia Sang Pencipta bersama kemegahan Gunung Sanggabuana yang menjadi perbatasan Karawang dengan Bogor dan Cianjur. Gunung yang memiliki berbagai kekayaan alam dan menjadi aset yang harus dilindungi apalagi ditengah kabar-kabar miring bahwa mulai terancamnya kawasan hijau ini dari tangan-tangan tidak bertanggungjawab. (Deni Andriana, Iyan Damai, Maruli Ferdinand)

Bendungan walahar

Ciampel (KarIn) – Bendungan Walahar yang terletak di Desa Walahar Kec. Ciampel, Karawang ini digunakan sejak tanggal 30 November 1925. Dibangun pada masa penjajahan Belanda, dimana dalam pembangunannya mengandalkan tenaga pribumi. Maka tidak heran jika arsitekturnya mengingatkan kita pada bentuk bangunan sisa penjajahan Belanda lainnya yang masih bisa kita temui di berbagai pelosok tanah air.
Bendungan yang membagi air Sungai Citarum ini difungsikan untuk mengatur debit dan sirkulasi air dalam mengairi areal pesawahan di Karawang seluas ±87.507 ha.
Selain untuk mengairi sawah, bendungan ini juga berfungsi sebagai penahan air ketika daerah Karawang bagian utara dilanda banjir di musim penghujan, seiring meluapnya air laut di pantai utara.
Kini, setelah Belanda angkat kaki, bendungan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pengairan. Akan tetapi juga menjadi tempat bersejarah yang menarik untuk dipelajari dan diteliti, serta menjadi area wisata bagi warga baik dalam maupun dari luar Karawang.
Sebagai tempat bersejarah, Bendungan Walahar adalah saksi dari bergesernya peradaban sungai khususnya di Karawang. Setidaknya, Belanda yang terkenal memiliki keunggulan dalam sistem pengairan mempelopori dibuatnya bendungan ini dengsn memaksimalkan Sungai Citarum dan membaginya kedalam anak sungai yang disebar kepenjuru Karawang.
Merunut pada catatan sejarah yang ada, di masa kerajaan, Sungai Citarum merupakan jalur utama perdagangan dan transportasi, disaat jalur darat memiliki resiko lebih tinggi. Adanya pelabuhan karawang yang kini menjadi Alun-Alun Karawang serta peninggalan candi di Batujaya yang dibangun Kerajaan Tarumanegara menjadi bukti sangat pentingnya Sungai Citarum sejak dulu.
Kemudian,sebagai tempat wisata, Bendungan Walahar selain menyajikan pemandangan yang eksotik juga menjadi tujuan wisata kuliner. Maka tidak heran jika lokasi ini menjadi salah satu tempat favorit untuk muda-mudi bermadu kasih dan tempat tua muda bersantap di warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman, khususnya dilokasi yang sudah ditata menghadap kearah bendungan. Pepes ikan dan ikan bakar menjadi menu andalan dilokasi ini. (Deni Andriana)